Pemeriksaan Penunjang Untuk Mengetahui Penyakit HIV / AIDS
1.
Pemeriksaan laboratorium menurut
Mansjoer (2000), dapat dilakukan dengan dua cara :
a.
Cara langsung yaitu isolasi virus
dari sampel. Umumnya dengan menggunakan microskop elektron dan deteksi antigen
virus. Salah satu cara deteksi antigen virus adalah dengan polymerase chain reaction (PCR). Penggunaan PCR antara lain untuk ;
1)
Tes HIV pada bayi karena zat anti
dari ibu masih ada pada bayi sehingga menghambat pemeriksaan serologis.
2) Menetapkan status
infeksi pada individu seronegatif
3)
Tes pada kelompok rasio tinggi
sebelum terjadi sero konversi
4) Tes konfirmasi untuk
HIV-2 sebab sensitivitas ELISA untuk rendah.
b. Cara tidak langsung
yaitu dengan melihat respon zat anti spesifik tes, misalnya :
1)
ELISA, sensitivitas tinggi
(98,1-100%), biasanya memberikan hasil positif 2-3 buah sesudah infeksi. Hasil
positif harus di konfirmasi dengan pemeriksaan Western Blot.
2)
Western Blot, spsifitas tinggi
(99,6-100%). Namun, pemeriksaan ini cukup sulit, mahal dan membutuhkan waktu
sekitar 24 jam. Mutlak diperlukan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA
positif.
3)
Imonofivoresceni assay (IFA)
4) Radio Imuno praecipitation assay (RIPA)
2. Pemeriksaan
laboratorium untuk mendiagnosa dan melacak virus HIV
a.
Status imun
1)
Tes fungsi sel CD4
2)
Sel T4 mengalami penurunan
kemampuan untuk reaksi terhadap antigen
3)
Kadar imunoglobutin meningkat
4) Hitung sel darah
putih normal hingga menurun
5)
Rasio CD4 : CD8 menurun
3.
Complete Blood Covnt (CBC)
Dilakukan
untuk mendeteks adanya anemia, leukopenia dan thrombocytopenia yang sering
muncul pada HIV.
4.
CD4 cell count
Tes
yang paling banyak digunakan untuk memonitor perkembangan penyakit dan terapi
yang akan dilakukan.
5.
Blood Culture
6.
Immune Complek Dissociaced
P24 Assay
Untuk
memonitor perkembangan penyakit dan aktivitas medikasi antivirus.
7.
Tes lain yang biasa dilakukan
sesuai dengan manifestasi klinik baik yang general atau spesifik antara lain :
a. Tuberkulin skin testing
Mendeteksi kemungkinan adanya
infeksi TBC.
b. Magnetik resonance imaging
(MRI)
Mendeteksi adanya lymphoma pada otak
c. Spesifik culture dan
serology examination (uji kultur spesifik dan scrologi)
d. Pap smear setiap 6
bulan
Mendeteksi dini adanya kanker
rahim.
Mendiagnosisi
infeksi HIV pada bayi dari ibu yang terinfeksi HIV tidak mudah. Dengan
menggunakan gabungan dari tes-tes di atas, diagnosis dapat ditetapkan pada
kebanyakan anak yang terinfeksi sebelum berusia 6 bulan.
Temuan
laboratorium ini umumnya terdapat pada bayi dan anak-anak yang terinfeksi HIV :
1.
Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut
2.
Penurunan persentase CD4
3.
Penurunan rasio CD4 terhadap CD3
4.
Limfopenia
5.
Anemia, trombositopenia
6.
Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA,
IgM)
7.
Penurunan respons terhadap tes
kulit (Candida albicans, tetanus)
8.
Respons buruk terhadap vaksin yang
didapat (difteria, tetanus, morbilli, Haemophilus influenzae tipe B)
Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif, yang berusia
kurang dari 18 bulan dan yang menunjukkan uji positif untuk sekurang-kurangnya
dua determinasi terpisah dari kultur HIV, reaksi rantai polimerase-HIV, atau
antigen HIV, maka ia dapat dikatakan “terinfeksi HIV”. Bayi yang lahir dari ibu
HIV-positif, berusia kurang dari 18bulan, dan tidak positif terhadap ketiga uji
tersebut dikatakan “terpajan pada masa perinatal”. Bayi yang lahir dari ibu
terinfeksi HIV, yang ternyata antibodi-HIV negatif dan tidak ada bukti
laboratorium lain yang menunjukkan bahwa ia terinfeksi HIV maka ia dikatakan
“seroreverter”
0 comments:
Post a Comment